PALOPO – Kota Palopo, yang dikenal sebagai ‘Kota Idaman’, menghadapi tantangan serius terkait bencana kebakaran. Data yang dirilis Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Kota Palopo mencatat, terhitung sejak Januari hingga September 2025, total 44 kasus kebakaran telah melanda kota Idaman ini.

Meskipun tidak ada korban jiwa yang jatuh, kerugian material akibat puluhan insiden tersebut tidaklah sedikit, diperkirakan mencapai angka fantastis Rp 1.351.400.000.
Kepala Dinas Damkar Palopo, Rachmad, mengungkapkan bahwa pemicu utama dari sebagian besar insiden tersebut adalah faktor teknis yang seharusnya dapat dicegah.
”Penyebabnya beragam, tapi sekitar 29 kejadian (lebih dari 65%) disebabkan korsleting listrik,” ujar Rachmad kepada wartawan, Kamis.
Selain korsleting listrik, beberapa kasus lain dipicu oleh kebocoran selang regulator gas, pembakaran sampah yang tidak terkontrol, hingga pembukaan lahan tanpa pengawasan.
Rumah Tinggal Jadi Sasaran Utama
Dari total kasus, jenis bangunan yang paling sering dilalap si jago merah adalah rumah tinggal, dengan catatan 27 kasus. Bahkan, bulan September 2025 menjadi puncak kejadian dengan sembilan kasus kebakaran dalam sebulan.
Meskipun statistik kasus dan kerugian cukup mengkhawatirkan, Rachmad menegaskan bahwa upaya penanganan cepat berhasil menghindari jatuhnya korban jiwa. “Alhamdulillah, dari seluruh kebakaran yang terjadi, tidak ada korban jiwa satu pun,” tambahnya.
Imbauan Penting di Musim Kemarau
Menghadapi potensi risiko yang semakin meningkat, terutama saat musim kemarau, Dinas Damkar Palopo gencar mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.
”Kami minta warga rutin memeriksa instalasi listrik dan peralatan gas di rumah masing-masing. Jangan membakar sampah sembarangan dan segera laporkan jika melihat tanda-tanda kebakaran,” tegas Rachmad.
Sebagai langkah antisipasi ke depan, Dinas Damkar berencana untuk memperluas dan meningkatkan sosialisasi serta edukasi pencegahan kebakaran. Kegiatan ini akan difokuskan di tingkat kelurahan, sekolah, serta kawasan padat penduduk, demi meminimalisasi risiko terulangnya kejadian serupa.(***)











