PALOPO, PAMORNEWS – Di tengah bayang-bayang isu penyakit masyarakat seperti perjudian sabung ayam dan warung minuman keras (miras), seorang Bhabinkamtibmas di Palopo, Sulawesi Selatan, membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari sebuah meja belajar.
Dialah Aiptu Jacky Jenifer Galelar, sosok di balik Rumah Belajar Victory, sebuah oase literasi yang uniknya, pernah berdiri di bekas warung ballo (miras tradisional).
Kisah inspiratif Aiptu Jacky, Bhabinkamtibmas Kelurahan Luminda, Wara Utara, kini diusulkan dalam program Hoegeng Corner 2025 oleh Polda Sulsel, menyoroti dedikasi luar biasa yang melampaui tugas kepolisiannya.
Lahir dari Keresahan Pandemi
Gagasan mendirikan rumah belajar ini muncul pada masa pandemi COVID-19, sekitar April 2022.
Melihat anak-anak di wilayahnya cenderung bebas bermain tanpa bimbingan edukasi saat sekolah tutup, Aiptu Jacky berinisiatif.
Keresahan itu diperparah oleh kondisi lingkungan yang ia sebut “lingkungan keras”. Warung-warung miras dan arena judi sabung ayam tumbuh subur, mengancam mentalitas anak-anak.
”Banyak aktivitas perjudian, penyakit masyarakat itu kaya judi sabung ayam. Nah itu semua yang membuat saya berinisiatif supaya anak-anak ini tidak terkontaminasi dengan hal-hal seperti itu,” ujar Aiptu Jacky dalam perbincangan dengan detikcom.
Bermula dari dukungan sukarela mahasiswa, Aiptu Jacky dan istrinya, kini menjadi motor penggerak untuk mengajar sekitar 30-an anak, fokus pada baca, tulis, dan pendidikan karakter.
Dari Tempat Dosa Menjadi Tempat Ilmu
Salah satu langkah paling berani yang diambil Aiptu Jacky adalah memilih bekas warung miras sebagai lokasi awal kegiatan belajar. Pilihan ini sengaja dilakukan untuk mengirim pesan tegas.
”Kenapa saya sengaja kasih ke situ? Supaya peminum-peminum itu bisa lihat. Oh ini ada anak-anak,” jelas Jacky.
Efeknya luar biasa.
Kegiatan belajar yang antusias disambut masyarakat itu secara perlahan namun pasti mulai mendesak mundur aktivitas negatif. Warga yang tadinya sibuk dengan judi dan miras mulai sadar diri.
”Dengan adanya rumah belajar itu, ternyata mempunyai dampak positif. Yang tadinya mereka kebiasaan judi… jadi mereka mulai mundur, sudah mulai hilang karena mereka ‘oh ada aktivitas anak-anak’,” tambahnya.
Kemenangan (Victory) Melawan Lingkungan
Aiptu Jacky lantas menyewa tempat khusus untuk Rumah Belajar Victory, membiayai operasional sehari-hari dan kebutuhan alat tulis sebagian besar dari kantong pribadinya, meskipun kini mendapat support dari Kapolres setempat.
Penamaan Victory (Kemenangan) dipilih bukan tanpa alasan.
”Lingkungan saya kalau mau dikatakan lingkungan keras… Anak-anak yang saya didik harus menang dengan lingkungan mereka. Mereka harus menang dengan lingkungannya,” tegas Jacky.
Kemenangan itu kini nyata. Banyak anak yang tadinya belum bisa membaca meski sudah bersekolah dasar, kini mulai terampil. Yang lebih penting, kegiatan negatif di Luminda kini berangsur hilang, membuktikan bahwa literasi dan pendidikan karakter adalah tameng paling kuat melawan degradasi moral.
Semangat Kemenangan di Bekas Warung Miras: Kisah Aiptu Jacky Melawan Judi dan Miras dengan Buku
PALOPO – Di tengah bayang-bayang isu penyakit masyarakat seperti perjudian sabung ayam dan warung minuman keras (miras), seorang Bhabinkamtibmas di Palopo, Sulawesi Selatan, membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari sebuah meja belajar.
Dialah Aiptu Jacky Jenifer Galelar, sosok di balik Rumah Belajar Victory, sebuah oase literasi yang uniknya, pernah berdiri di bekas warung ballo (miras tradisional).
Kisah inspiratif Aiptu Jacky, Bhabinkamtibmas Kelurahan Luminda, Wara Utara, kini diusulkan dalam program Hoegeng Corner 2025 oleh Polda Sulsel, menyoroti dedikasi luar biasa yang melampaui tugas kepolisiannya.
Lahir dari Keresahan Pandemi
Gagasan mendirikan rumah belajar ini muncul pada masa pandemi COVID-19, sekitar April 2022.
Melihat anak-anak di wilayahnya cenderung bebas bermain tanpa bimbingan edukasi saat sekolah tutup, Aiptu Jacky berinisiatif.
Keresahan itu diperparah oleh kondisi lingkungan yang ia sebut “lingkungan keras”. Warung-warung miras dan arena judi sabung ayam tumbuh subur, mengancam mentalitas anak-anak.
”Banyak aktivitas perjudian, penyakit masyarakat itu kaya judi sabung ayam. Nah itu semua yang membuat saya berinisiatif supaya anak-anak ini tidak terkontaminasi dengan hal-hal seperti itu,” ujar Aiptu Jacky dalam perbincangan dengan detikcom.
Bermula dari dukungan sukarela mahasiswa, Aiptu Jacky dan istrinya, kini menjadi motor penggerak untuk mengajar sekitar 30-an anak, fokus pada baca, tulis, dan pendidikan karakter.
Dari Tempat Dosa Menjadi Tempat Ilmu
Salah satu langkah paling berani yang diambil Aiptu Jacky adalah memilih bekas warung miras sebagai lokasi awal kegiatan belajar. Pilihan ini sengaja dilakukan untuk mengirim pesan tegas.
”Kenapa saya sengaja kasih ke situ? Supaya peminum-peminum itu bisa lihat. Oh ini ada anak-anak,” jelas Jacky.
Efeknya luar biasa.
Kegiatan belajar yang antusias disambut masyarakat itu secara perlahan namun pasti mulai mendesak mundur aktivitas negatif. Warga yang tadinya sibuk dengan judi dan miras mulai sadar diri.
”Dengan adanya rumah belajar itu, ternyata mempunyai dampak positif. Yang tadinya mereka kebiasaan judi… jadi mereka mulai mundur, sudah mulai hilang karena mereka ‘oh ada aktivitas anak-anak’,” tambahnya.
Kemenangan (Victory) Melawan Lingkungan
Aiptu Jacky lantas menyewa tempat khusus untuk Rumah Belajar Victory, membiayai operasional sehari-hari dan kebutuhan alat tulis sebagian besar dari kantong pribadinya, meskipun kini mendapat support dari Kapolres setempat.
Penamaan Victory (Kemenangan) dipilih bukan tanpa alasan.
”Lingkungan saya kalau mau dikatakan lingkungan keras… Kemenangan itu kini nyata. Banyak anak yang tadinya belum bisa membaca meski sudah bersekolah dasar, kini mulai terampil. Yang lebih penting, kegiatan negatif di Luminda kini berangsur hilang, membuktikan bahwa literasi dan pendidikan karakter adalah tameng paling kuat melawan degradasi moral.
Kisah Aiptu Jacky Jenifer Galelar adalah cermin dari semangat Jenderal Hoegeng ketulusan dan keberanian dalam melayani masyarakat yang menjadikan buku dan kasih sayang sebagai senjata utama dalam membersihkan lingkungan dari penyakit masyarakat.(***/sumber: detiknews)











