PALU, PAMORNEWS — Sebelum namanya dikenal sebagai politisi ulung, Anggota DPR RI, atau kini memimpin Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Gubernur (2025-2030), Dr. H. Anwar Hafid, M.Si., adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) muda yang sempat memegang jabatan Kasubag Pemerintahan di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan

Sebuah kisah lawas dari masa pengabdiannya di Tanah Luwu ini menjadi cerminan tentang prinsip kerja yang ia pegang teguh: dedikasi tanpa perlu mencari panggung.
Kisah itu terjadi saat momen Idul Fitri. Hari yang seharusnya penuh sukacita dan tradisi mudik bagi seluruh pegawai. Sebagian besar pejabat di kantor Kabupaten Luwu kala itu berbondong-bondong pulang ke kampung halaman, menikmati cuti tahunan. Ruangan kantor pun sepi, menyisakan keheningan di tengah gempita hari raya.
Namun, di tengah kesunyian itu, ada satu meja yang tetap terisi. Meja seorang Kasubag yang tidak bisa pulang ke kampung halamannya yang jauh di Morowali. Sosok itu adalah Anwar Hafid.
Bekerja Bukan untuk Cari Muka
Alih-alih menikmati liburan yang tak terhindarkan, Anwar Hafid memilih untuk tetap bekerja.
Ia menghabiskan waktu libur Lebaran untuk menyelesaikan tumpukan tugas yang diberikan oleh atasannya. Sebuah keputusan yang jauh dari sorotan dan pengawasan.
”Semua pejabat pulang kampung dan libur. Hanya saya sendiri, yang menjabat Kasubag, yang tinggal,” kenang Anwar Hafid suatu ketika. Motivasi di balik pengabdian sunyi itu sungguh sederhana.
“Saya bekerja untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan atasan saya. Saya selesai tanpa pernah berpikir untuk cari muka,” tegasnya.
Bagi Anwar Hafid, tugas adalah tugas, dan tanggung jawab adalah kehormatan yang harus ditunaikan. Prinsip ini ia ringkas dalam sebuah kalimat singkat yang penuh makna: “Saya bekerja saja.”
Fondasi Kepemimpinan dari Tanah Luwu
Kisah kecil tentang etos kerja di hari libur ini ternyata menjadi benang merah yang kuat dalam perjalanan karir Anwar Hafid selanjutnya. Luwu dan Luwu Timur memang menjadi “sekolah kehidupan” baginya selama 17 tahun, membentuk jiwa dan karakternya.
Jejak karirnya di Luwu bermula dari bawah, mulai dari Kepala Desa Rantebala (1992-1997), hingga Kasubag Pemerintahan (1999-2000).
Pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang birokrasi dan pelayanan publik yang nyata di lapangan.
Dedikasi tanpa pamrih itu kemudian mengantarkannya ke jenjang yang lebih tinggi:
Menjabat Bupati Morowali selama dua periode (2007–2018), di mana ia dikenal sebagai penggagas program pro-rakyat, termasuk pendidikan dan kesehatan gratis.
Menjadi Anggota DPR RI (2019–2024) yang fokus memperjuangkan aspirasi daerah.
Dan kini, ia memegang amanah sebagai Gubernur Sulawesi Tengah periode 2025–2030.
Kisah seorang Kasubag yang memilih bekerja di hari raya, hanya demi menuntaskan tanggung jawab, menjadi pengingat bahwa kepemimpinan sejati berakar dari ketulusan dan dedikasi pada tugas, bukan pada sorotan kamera atau pujian semata.
Jiwa pengabdian sunyi di Luwu itulah yang kini ia bawa untuk memimpin seluruh rakyat Sulawesi Tengah.(***)










