Home / Uncategorized

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 13:51 WIB

​Kisah Mbah Kerto, Petani di Pelosok Jawa Jadi Miliarder di Umur 103 Tahun

[ feature human interest]

​Kisah Mbah Kerto, Petani di Pelosok Jawa Jadi Miliarder di Umur 103 Tahun

​Di tengah kabut tebal yang menyelimuti pegunungan Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, sosok sepuh bernama Mbah Kerto menjadi perbincangan banyak orang.

Usianya sudah mencapai 103 tahun, namun tenaga dan semangatnya masih seolah dimiliki oleh pria setengah abad lebih muda darinya. Setiap pagi, sebelum matahari muncul di balik Gunung Semeru, Mbah Kerto sudah turun ke ladang, menenteng cangkul, memeriksa tanah, dan mengatur irigasi tanamannya.

​Pemandangan ini sudah biasa. Yang luar biasa adalah, Mbah Kerto—petani yang tak pernah meninggalkan Ranupane—kini diyakini memiliki aset pertanian yang nilainya mencapai miliaran rupiah.

​Berawal dari “Emas Hijau” Lereng Semeru

​Kekayaan Mbah Kerto bukan datang dari warisan atau keberuntungan semalam. Hartanya tumbuh dari kesabaran yang disiram keringat di ladang seluas 15 hektar yang ia kelola sejak muda. Komoditas utamanya bukanlah sayuran biasa, melainkan Kentang Granola dan Bawang Prei varietas lokal yang tumbuh subur di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.

​”Tanah di sini dingin dan subur. Tanah itu seperti istri saya. Kalau dirawat dengan jujur, dia akan memberi anak yang baik,” ujar Mbah Kerto dengan suara parau namun tegas, sambil menunjuk petak ladang yang hijau membentang.

Baca juga  Kapolres Morowali Pimpin Upacara Peringatan Hari Juang Polri 2025

​Mbah Kerto mempertahankan metode tanam organik warisan leluhur. Ia menolak penggunaan pupuk kimia berlebihan dan memilih pupuk kandang.

Hasilnya? Produk pertanian Mbah Kerto memiliki kualitas dan rasa yang unggul. Dalam lima tahun terakhir, permintaan melonjak tajam. Kentang dan Bawang Prei dari ladangnya kini secara rutin dibeli oleh distributor sayuran premium yang memasok ke pasar swalayan besar dan hotel bintang lima di Jakarta, Surabaya, bahkan diekspor ke Singapura.

​Miliarder yang Tetap Membawa Cangkul

​Meskipun laporan kekayaan bersihnya kini melampaui tetangga-tetangganya, gaya hidup Mbah Kerto sama sekali tidak berubah. Ia masih tinggal di rumah kayu sederhana di desa, tempat ia membesarkan anak dan cucunya.

​”Warga desa sempat terheran-heran. Kami pikir, setelah kaya, Mbah Kerto akan membeli mobil mewah atau pindah ke kota,” tutur Kepala Desa Ranupane, Bapak Ahmad.

“Tapi beliau tetap sama. Pakaiannya baju lusuh dan sarung yang itu-itu saja. Uangnya tidak dipakai untuk pesta, tapi untuk membeli traktor baru yang ia pinjamkan gratis ke petani muda dan untuk membangun ulang masjid desa.”

​Kontras inilah yang membuat kisah Mbah Kerto begitu menginspirasi.

Baca juga  Kinerja Waris Halid Terukur Kepeduliannya dengan Persoalan di Luwu Raya

Ia memiliki rekening bank berisi jutaan, namun ia masih lebih nyaman membawa bekal nasi dan sambal dari rumah ke ladang. Ia tidak menggunakan ponsel pintar, sebab baginya, berkomunikasi dengan alam dan tanah jauh lebih penting.

​Rahasia Panjang Umur: Jangan Pernah Malas

​Ketika ditanya mengenai rahasia umur panjang dan kesuksesannya, Mbah Kerto hanya tersenyum menampakkan giginya yang sudah banyak ompong.

​”Rahasia saya gampang. Jangan pernah bohong, jangan pernah malas. Tangan ini harus capek. Kalau kita malas, rezeki juga malas datang. Yang penting itu melihat ladang hijau, itu sudah bikin hati saya kaya,” katanya.

​Mbah Kerto mengajarkan bahwa kemakmuran sejati tidak diukur dari kemewahan yang dipamerkan, melainkan dari kedamaian hati dan kemampuannya untuk berbagi. Di usia yang melampaui seabad, ia membuktikan bahwa gelar miliarder tidak harus datang dari gedung-gedung tinggi, melainkan bisa lahir dari tanah basah Ranupane, dari tangan yang kasar karena cangkul, dan dari hati yang tetap membumi.

​Kisah Mbah Kerto adalah pengingat abadi bahwa ketekunan, kejujuran, dan kesetiaan pada profesi, meskipun hanya sebagai petani di pelosok, adalah resep sejati menuju kemakmuran dan kehormatan. (*)

Share :

Baca Juga

Uncategorized

BERKOMITMEN MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR, MINAMAS PLANTATION KEMBALI SALURKAN BANTUAN DI KECAMATAN WITA PONDA SULTENG

Uncategorized

Kick Off Gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting

Uncategorized

Pemkab Morowali Gandeng OJK Sulteng Gelar Sosialisasi Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan Masyarakat

Uncategorized

Pemkot Palopo Hadiri Kemah Bahasa Arab IV DPW V ITHLA
Pemkab Morowali Giatkan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)

Uncategorized

Pemkab Morowali Giatkan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)
Home Palopo Jalan Santai Jalan Santai 3 Km di Palopo Sulsel Diwarnai Pembagian Bantuan Rp3,5 M Revitalisasi Lapangan Gaspa Tayang: Sabtu, 5 Juli 2025 12:37 WITA Tribun XBaca tanpa iklan Penulis: Andi Bunayya Nandini | Editor: Sukmawati Ibrahim zoom-inJalan Santai 3 Km di Palopo Sulsel Diwarnai Pembagian Bantuan Rp3,5 M Revitalisasi Lapangan Gaspa Andi Bunayya Nandini/TRIBUN TIMUR A-A+ JALAN SANTAI - Suasana jalan santai anti mager di Lapangan Pancasila Palopo, Sabtu (5/7/2025). Pada kesempatan tersebut, Gubernur Sulsel menyerahkan bantuan keuangan sebesar Rp 3,5 miliar untuk revitalisasi Lapangan Gaspa dan promosi UMKM. TRIBUN-TIMUR.COM , PALOPO - Ribuan warga Kota Palopo berjalan kaki sejauh 3 kilometer dalam kegiatan jalan santai bertajuk, Sabtu (5/7/2025). Mereka mengenakan pakaian putih dan mengikuti rute dari Lapangan Pancasila. Kegiatan ini menjadi ajang kebersamaan masyarakat sekaligus kampanye pola hidup aktif. “Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kota Palopo. Anti Mager ini sangat baik untuk membiasakan masyarakat berperilaku hidup sehat,” kata Ketua Panitia yang juga Kepala Dinas Kesehatan Palopo, Irsan Anugrah, kepada Tribun-Timur.com.

Uncategorized

Jalan Santai 3 Km di Palopo Sulsel Diwarnai Pembagian Bantuan Rp3,5 M Revitalisasi Lapangan Gaspa

Uncategorized

Menjaga Ekosistem Laut, IMIP Rehabilitasi Terumbu Karang Sombori

Uncategorized

Informasi Gangguan Layanan Distribusi Air