Home / Uncategorized

Jumat, 24 Oktober 2025 - 19:48 WIB

Merobek Tirai Kekerasan untuk Melihat Akar Keputusasaan

Oleh: [Asnawi Mas’ud]

​Akhir-akhir ini, keheningan malam kita sering dirobek oleh kabar-kabar pilu dari jalanan. Begal. Sebuah kata yang segera memicu ketakutan, amarah, dan tuntutan hukuman seberat-beratnya.

Respons masyarakat dan aparat kerap seragam: razia diperketat, patroli ditingkatkan, dan para pelaku harus diberantas hingga ke akarnya.
​Namun, di tengah hiruk-pikuk reaksi yang selalu terulang, kita jarang berhenti sejenak untuk mengajukan pertanyaan yang paling mendasar: Mengapa seseorang memilih menjadi begal?
​Kita terlalu nyaman menyederhanakan fenomena begal hanya sebagai tindakan kriminal murni yang lahir dari niat jahat.

Kita sibuk mengobati luka di permukaan—mengejar dan menghukum efek—tanpa pernah benar-benar menoleh ke belakang, menggali kawah-kawah penyebab yang jauh lebih dalam.

​Aksi brutal yang merampas harta benda, bahkan menghilangkan nyawa, tidak pernah muncul dari ruang hampa. Ia adalah manifestasi dari kegagalan sistem sosial dan ekonomi yang kita biarkan berkarat. Di balik helm gelap dan senjata tajam yang diacungkan oleh para pelaku—yang seringkali adalah remaja dan pemuda yang seharusnya berada dalam masa produktif—bersembunyi kisah-kisah pahit tentang dunia tanpa pilihan.

Baca juga  Gubernur Wajibkan ASN Beli Beras Bulog, Pastikan Serapan dan Stabilitas Harga

​Bayangkan sebuah lingkungan di mana akses terhadap pendidikan bermutu adalah kemewahan, pekerjaan layak adalah utopia, dan kesenjangan sosial bak jurang yang terus menganga lebar.

Ketika harapan dimatikan, ketika pendidikan gagal menanamkan karakter yang kokoh, dan ketika keluarga tidak lagi mampu menjadi jangkar moral, maka kekerasan bisa menjadi satu-satunya bahasa yang tersisa. Keputusasaan, dalam konteks sosial ini, menjelma menjadi sebuah profesi kriminal.

​Kita sering lupa, begal adalah produk, bukan sekadar entitas kejahatan yang berdiri sendiri. Mereka adalah cerminan buram dari sistem yang gagal menyediakan jaminan masa depan yang adil. Mereka adalah hasil dari ketidakmampuan kolektif kita untuk memutus rantai kemiskinan dan ketidakadilan yang turun-temurun.
​Maka, sudah saatnya kita berani mengubah lensa pandang. Pendekatan yang hanya berfokus pada penindakan (reaktif) tidak akan pernah menyelesaikan masalah ini secara permanen; ia hanya menekan gelembung yang suatu saat akan muncul kembali di tempat lain dengan kekerasan yang lebih terorganisir.
​Kita memerlukan pendekatan yang lebih manusiawi, preventif, dan jangka panjang. Negara harus hadir tidak hanya sebagai hakim yang menghukum, tetapi juga sebagai arsitek sosial yang memperbaiki fondasi yang retak.

Baca juga  Kader PKK Palopo Belajar Etika Komunikasi Publik Melalui Talkshow

Ini berarti investasi serius pada pendidikan karakter, penciptaan lapangan kerja yang berkeadilan, dan program pengentasan kemiskinan yang menyentuh akar-akar masalah, bukan sekadar bagi-bagi bantuan sesaat.

​Menggali akar masalah begal bukanlah bentuk pembenaran atas kejahatan; kejahatan tetap harus dihukum setimpal. Namun, ini adalah langkah kritis untuk memastikan bahwa generasi berikutnya tidak lagi harus memilih antara kelaparan atau kejahatan.

​Sudah waktunya bagi kita untuk merobek tirai kekerasan, melihat lebih dekat pada akar keputusasaan, dan mulai membangun sebuah masyarakat di mana setiap individu, terlepas dari latar belakangnya, memiliki akses dan harapan untuk masa depan yang bermartabat. Jika tidak, kisah pilu di jalanan akan terus menjadi laporan harian yang tak berkesudahan.(***)

Share :

Baca Juga

Wakil Bupati Morowali Jemput Langsung Anak WNI Asal Malaysia di Bandara Maleo

Uncategorized

Wakil Bupati Morowali Jemput Langsung Anak WNI Asal Malaysia di Bandara Maleo

Uncategorized

Wabup Iriane Iliyas Pimpin Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945 – 1 Juni 2025
Pemkab Morowali Gelar Harkitnas ke-117, Bupati Iksan Bacakan Amanat Menkomdigi RI

Uncategorized

Pemkab Morowali Gelar Harkitnas ke-117, Bupati Iksan Bacakan Amanat Menkomdigi RI
Kader PKK Palopo Belajar Etika Komunikasi Publik Melalui Talkshow

Uncategorized

Kader PKK Palopo Belajar Etika Komunikasi Publik Melalui Talkshow

Uncategorized

Wabup Iriane Iliyas Sambangi Disdukcapil, Tinjau Tiga Mesin Cetak e-KTP Pengadaan Tahun Anggaran 2025

Uncategorized

Palopo Tana Ware: Menjemput Masa Depan dari Rahim Peradaban Luwu

Uncategorized

Wabup Iriane Iliyas Pimpin Upacara HKN ke-61 di Morowali

Uncategorized

BERKOMITMEN MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR, MINAMAS PLANTATION KEMBALI SALURKAN BANTUAN DI KECAMATAN WITA PONDA SULTENG