Kutim – Meningkatnya kasus Tuberkulosis (TBC) di Kutai Timur dalam setahun terakhir mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim untuk mengimbau masyarakat lebih waspada, terutama saat berada di ruang publik.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium tuberculosis” ini menyerang paru-paru dan menular melalui udara, membuat pencegahan serta kesadaran masyarakat menjadi sangat penting.
“Saat ini di Kutim sendiri tren kasus TBC sedang naik atau meningkat dalam satu tahun terakhir,” ujar Harwati, Pemegang Program TBC Dinkes Kutim, Rabu (06/11/2024).
Data Dinkes Kutim menunjukkan bahwa dari Januari hingga Oktober 2023 terdapat 5.481 kasus TBC. Pada periode yang sama tahun 2024, angkanya meningkat menjadi 6.372 kasus, mengalami kenaikan sebesar 891 kasus. Harwati menegaskan pentingnya tindakan pencegahan agar penularan penyakit ini dapat ditekan.
“Jadi memang kasus TBC ini meningkat dari tahun lalu, periode yang sama di tahun lalu ada 5.481 kasus yang tercatat, dan di tahun ini ada peningkatan sekitar 891 kasus jadi total kasus yang tercatat tahun ini sebanyak 6.372 kasus,” tambahnya.
Menurutnya, TBC menular melalui udara saat penderita batuk, bersin, atau bahkan berbicara. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala awal TBC seperti batuk berkepanjangan, nyeri dada, demam malam hari, atau berkeringat berlebihan. Jika mengalami gejala tersebut, warga dianjurkan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Bagi masyarakat Kutim yang merasa nyeri di dada, atau demam tinggi di malam hari bahkan sampai batuk berdarah silahkan datang dan langsung cek ke faskes terdekat karena keluhan tersebut merupakan gejala awal penyakit TBC,” jelasnya.
Dinkes Kutim juga menyarankan langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan warga, antara lain menjaga pola makan dan istirahat yang cukup, menggunakan masker di tempat umum, dan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Dinkes Kutim berharap peningkatan kasus ini segera diatasi agar target nasional dalam penurunan kasus TBC dapat tercapai, dengan harapan eliminasi kasus TBC di Kutai Timur pada tahun 2030.
“Kita bisa mencegah agar penyakit ini tidak menular dengan melakukan pola hidup sehat seperti makan dan istirahat seimbang, jangan lupa gunakan masker kemanapun serta jaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar,” imbuh Harwati. (*)