PALOPO, PAMORNEWS – Di setiap kisah kemenangan politik, selalu ada sosok-sosok di balik layar yang bekerja tanpa lelah.
Di Palopo, sosok tersebut adalah Nasriani Nakir, seorang perempuan yang dikenal dengan ketangguhan dan jaringan kuatnya, yang memainkan peran vital dalam mengantar pasangan Naili-Ome (Walikota dan Wakil Walikota Palopo) menuju kursi kekuasaan.
Dikenal sebagai aktivis dan punya usaha pengemban perumahan , Nasriani Nakir bukanlah figur baru di kancah pergerakan sosial. Namun, kiprahnya sebagai “Srikandi” di tim sukses Naili-Ome menempatkannya di sorotan yang berbeda.
Strategi “Jemput Bola” dan Jaringan Akar Rumput.
Dalam sebuah pertarungan Pilkada yang sengit, Nasriani Nakir dipercaya memegang peran strategis yang krusial. Ia dikenal mampu menembus batas-batas teritorial dan sosial yang sulit dijangkau.
Kekuatan Jaringan Perempuan dan Milenial: Nasriani tidak hanya mengandalkan strategi hard campaign. Ia fokus pada penggalangan dukungan melalui jaringan informal, terutama di kalangan kelompok perempuan dan pemilih milenial yang sering kali menjadi penentu.
Pertemuan-pertemuan kecil, dialog, dan kampanye dari pintu ke pintu yang ia organisir berhasil membangun ikatan emosional antara calon dan pemilih.
Energi dan Dedikasi Tanpa Batas: Sepanjang masa kampanye, Nasriani dikenal sebagai sosok yang jarang mengenal lelah. Ia adalah motor penggerak yang memastikan setiap agenda tim berjalan sesuai rencana, dari logistik, mobilisasi massa, hingga pengamanan suara di hari pencoblosan.
Kehadirannya yang penuh semangat seringkali menjadi suntikan moral bagi seluruh relawan.
”Ibu Nasriani ini ibarat komandan lapangan. Dia tahu persis denyut nadi di setiap kelurahan. Kerja-kerja politiknya bukan sekadar di balik meja, tapi betul-betul di tengah masyarakat,” ujar salah satu tim relawan Naili-Ome saat itu.
Di Balik Layar Kekuasaan
Setelah kemenangan gemilang Naili-Ome, banyak pihak yang memperkirakan Nasriani Nakir akan menempati posisi strategis di lingkungan Balai Kota Palopo. Ia dianggap sebagai salah satu arsitek penting dalam meraih suara, terutama di kantong-kantong pemilih kritis.
Namun, memasuki seratus hari masa jabatan Naili-Ome, sorotan media dan publik mulai menanyakan keberadaan Nasriani Nakir. Sosoknya yang dulu selalu berada di lingkaran inti, kini seolah-olah menghilang dari pantauan publik.
Fenomena ini lumrah terjadi dalam dinamika politik:
Transisi Peran: Seringkali peran tim sukses berakhir setelah pelantikan. Mereka yang berjuang di medan kampanye tidak selalu mengambil posisi di birokrasi, melainkan kembali ke aktivitas profesional atau aktivisnya.
Apapun alasan dari ‘menghilangnya’ Nasriani Nakir dari sorotan, tidak dapat dimungkiri bahwa ia adalah salah satu nama penting yang tercatat dalam sejarah kemenangan Naili-Ome.
Dia adalah bukti bahwa ketangguhan, dedikasi, dan strategi cerdas dari seorang perempuan dapat menjadi penentu dalam arena politik lokal.(***)










