Kutim – Dalam upaya mengatasi masalah gizi pada anak dan bayi, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) melaksanakan pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang melibatkan tenaga kesehatan di seluruh Puskesmas se-Kutim.
Pelatihan ini dilakukan bekerja sama dengan Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Kalimantan Timur, yang menyediakan instruktur serta materi pelatihan yang difokuskan pada peningkatan keterampilan konseling gizi. Kegiatan ini berlangsung di Samarinda pada tanggal 4 November 2024, dengan peserta dari kalangan tenaga kesehatan yang mengelola program gizi dan kesehatan anak.
“Kami menggandeng Bapelkes Kaltim untuk melaksanakan pelatihan PMBA bagi para tenaga kesehatan, khususnya yang menangani program gizi dan anak di Puskesmas,” kata Kepala Dinkes Kutim, Bahrani Hasanal, pada Selasa (05/10/2024).
Konseling PMBA bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan dalam membantu para orang tua dan pengasuh memahami cara pemberian makan yang baik dan aman bagi anak-anak mereka. Melalui konseling ini, orang tua dapat memahami berbagai aspek penting seperti keamanan pangan, penyimpanan makanan, dan waktu yang tepat untuk memberikan makan, baik saat anak dalam kondisi sehat maupun setelah sembuh dari sakit.
“Kami berharap konseling PMBA ini bisa meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pemberian makan yang sehat dan cara penyajian makanan yang sesuai,” ujar Bahrani.
Selain itu, Bahrani menjelaskan bahwa PMBA sangat penting dalam masa pemberian makanan yang tepat, mulai dari ASI hingga makanan pendamping dan akhirnya makanan keluarga, dengan memperhatikan faktor usia, frekuensi makan, jumlah porsi, dan tekstur yang sesuai. Pendekatan ini sangat krusial dalam mencegah berbagai bentuk malnutrisi, seperti stunting, wasting, obesitas, dan kelebihan berat badan pada anak-anak.
Lebih lanjut, Bahrani menekankan bahwa program PMBA menjadi bagian dari intervensi spesifik pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak yang dapat berkontribusi pada target pengurangan angka stunting sebesar 30%.
“Intervensi spesifik ini memang difokuskan pada 1.000 HPK dan diharapkan bisa memberikan kontribusi nyata terhadap penurunan angka stunting di Kutim,” pungkasnya. (*)